Arti Beton dan sifat-sifatnya
Arti Beton
Beton berasal dari kata “concretus“,
yang artinya “tumbuh bersama“. Ini berarti gambaran mengenai penyatuan
partikel-partikel lepas menjadi suatu massa yang utuh. Beton merupakan
bahan konstruksi yang diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland,
air dan agregat (dan kadang-kadang bahan tambahan, yang sangat
bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan
non kimia) pada perbandingan tertentu. Mulyono (2006) mengungkapkan
bahwa beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari
bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan
tambah. Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh jenis dan komposisi dari
material penyusun beton itu sendiri. Pada temperatur tinggi, beton akan
mengalami perubahan mikrostruktur yang disebabkan oleh reaksi fisik
maupun reaksi kimia yang bervariasi sesuai tingkat pemanasannya.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada struktur material penyusun beton
ini dipengaruhi oleh tinggi temperatur pembakaran, durasi pembakaran,
dan sifat thermal dari material beton itu sendiri. Sifat thermal itu
adalah koefisien muai thermal, penghantaran panas (konduktivitas
thermal), dan panas jenis.
Sifat Beton
Sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara pengerjaan, dan cara perawatannya. Karakteristik semen mempengaruhi kualitas beton dan kecepatan pengerasannya. Gradasi agregat halus mempengaruhi pengerjaannya, sedang gradasi agregat kasar mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas dan kuantitas air mempengaruhi pengerasan dan kekuatan. Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Adapun faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah perbandingan berat air dan semen, tipe dan gradasi agregat, kualitas semen, dan perawatan (curing). Sedangkan sifat beton pasca terbakar pada hakekatnya merupakan reaksi kimia dari combustible material dengan oksigen yang dikenal dengan reaksi pembakaran yang menghasilkan panas. Panas hasil pembakaran ini diteruskan ke massa beton/mortar dengan dua macam mekanisme yakni pertama secara radiasi yaitu pancaran panas diterima oleh permukaan beton sehingga permukaan beton menjadi panas. Pancaran panas akan sangat potensial, jika suhu sumber panas relatif tinggi. Kedua secara konveksi yaitu udara panas yang bertiup/bersinggungan dengan permukaan beton/mortar sehingga beton menjadi panas. Bila tiupan angin semakin kencang, maka panas yang dipindahkan dengan cara konveksi semakin banyak. Tjokrodimuljo (2000) mengatakan bahwa beton pada dasarnya tidak diharapkan mampu menahan panas sampai di atas 250 ºC. Akibat panas, beton akan mengalami retak, terkelupas (spalling), dan kehilangan kekuatan. Kehilangan kekuatan terjadi karena perubahan komposisi kimia secara bertahap pada pasta semennya. Pengaruh pemanasan sampai pada temperatur 200ºC sebenarnya menguntungkan terhadap beton, karena akan menyebabkan penguapan air (dehidrasi) dan penetrasi ke dalam rongga-rongga beton lebih dalam, sehingga memperbaiki sifat lekatan antar partikel-partikel C-S-H. Penelitian oleh Rochman (2006) menunjukkan bahwa kuat tekan beton benda uji silinder maupun kuat lentur benda uji yang dipanaskan dalam tungku pada temperature 200ºC meningkat sekitar 10-15% dibandingkan dengan beton normal yang tanpa dipanaskan. Pada suhu antara 400 - 600ºC, penurunan kuat tekan dan kuat lentur hingga mencapai 50% dari kuat tekan sebelumnya. Kelayakan balok beton bertulang pascabakar secara analisis dan eksperimen. Penelitian dilakukan terhadap lima benda uji berbentuk balok beton bertulang. Empat balok dibakar di dalam tungku pada temperatur 200ºC dan 400ºC selama ± 3 jam dan satu balok lain yang tidak dibakar sebagai pembanding.
No comments:
Post a Comment